Kotagede merupakan salah satu kecamatan tertua yang ada di Yogyakarta. Menjadi saksi bisu berdirinya Kerajaan Mataram Islam Kuno, Kotagede menyimpan banyak cerita tentang awal mula berdirinya Kota Yogyakarta. Berawal dari pemberian Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan karena telah berhasil mengalahkan musuh, Ki Ageng Pemanahan pun menerima pemberian tersebut dan mendirikan sebuah desa kecil yang berisi keluarga serta pengikutnya.
Kotagede yang dulu tidak seperti sekarang, dulu Kotagede hanyalah sebuah hutan lebat yang diberi nama Alas Mentaok yang berarti hutan mentaok. Nama Kotagede diberikan oleh Panembahan Senopati, anak Ki Ageng Pemanahan, setelah hutan lebat itu berubah menjadi pemukiman yang ramai dan makmur. Kotagede memiliki arti kota yang besar.
Banyak cerita yang tersimpan di Kotagede dan beberapa di antaranya belum diketahui oleh kebanyakan orang. Salah satunya adalah watu gilang, batu berwarna hitam berbentuk bujur sangkar yang terletak di dalam rumah kecil yang ada di tengah jalan. Tidak hanya watu gilang, terdapat watu cantheng, batu berwarna kuning berbentuk bola, yang diklaim merupakan mainan putra Panembahan Senopati.
Rumah kecil yang menyimpan batu bersejarah itu dikelilingi oleh tiga pohon beringin besar yang memberikan rasa sejuk. Letak rumah juga berada di tengah-tengah jalan dekat dengan kompleks makam raja-raja Mataram. Tidak sembarang orang dapat memasuki rumah ini, perlu meminta izin pada abdi dalem terlebih dahulu.
Sedikit cerita, watu gilang memiliki legok atau penyok di salah satu sisinya karena Panembahan Senopati membenturkan kepala menantunya, Ki Ageng Mangir, karena sang menantu merupakan musuhnya pada saat itu. Maka dari itu untuk menghormati Ki Ageng Mangir, separuh badannya di makamkan di dalam kompleks makam keraton dan separuhnya lagi di makamkan di luar kompleks.
Beralih ke jajanan tradisional, ada satu jajanan khas Kotagede yang di klaim sudah aja semenjak Kerajaan Mataram Islam. Jajanan khas ini bernama roti kembang waru karena bentuknya yang mirip dengan daun pohon waru. Berbahan dasar tepung, telur ayam, mentega, vanili,, gula dan susu, roti kembang waru masih dipanggang secara tradisional dengan menggunakan arang.
Roti kembang waru dahulu hanya disajikan kepada tamu dan orang penting kerajaan, akan tetapi saat ini roti kembang waru sudah bisa dinikmati oleh semua orang.
Salah satu pembuat roti kembang waru yang masih bertahan sampai saat ini adalah Basiran Hargito yang tinggal di kampung Bumen, Kotagede. Walaupun jaman sudah berganti, akan tetapi kualitas roti kembang waru Basiran tetap terjamin.
Berikutnya ada warung bakso jawa legendaris yang sudah ada sejak tahun 1952 bernama warung bakso sidosemi. Awalnya warung bakso sidosemi berada di dekat kompleks makam raja-raja Mataram, tapi saat ini pindah di belakang SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dekat Masjid Perak. Tidak hanya menyajikan bakso jawa, warung ini juga menyediakan berbagai jenis minuman tradisional seperti Es Katjang Idjo (Es Kacang Ijo), Wedang Soklat (Coklat Hangat), dsb.
Masih banyak lagi cerita yang tersimpan di Kotagede yang harus kalian semua tahu. Berkunjung langsung ke Kotagede adalah salah satunya. Untuk menghindari kemacetan dan lebih bisa explore Kotagede, anda menggunakan jasa dari Moana Bike Tour. Moana Bike Tour akan meminjamkan sepeda, mendampingi anda untuk explore Kotagede, dan hal baru lainnya.
Book a tour now!
Choose Morning Tour: The Heritage of Java, feel the best experience and new pleasure while exploring Kotagede with Moana Bike Tour.